Selasa, 06 November 2012

Bisnis di Bidang Pertanian


Pada bisnis di bidang pertanian misalnya. Banyak produk dan jasa bisa dikembangkan dari hanya satu jenis komoditas. Ragam produk tersebut hanya bisa ditemui dengan penggunaan teknologi pasca panen yang tepat guna.

Dalam dunia nyata, bisnis bergerak sangat cepat. Perubahan terjadi di setiap lini. Untuk menunjang perkembangan yang berkelanjutan pada bisnis, setiap bidang industri sudah pasti membutuhkan dukungan teknologi dan sistem informasi. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan berbagai tanaman berkembang sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetika, serta sebagai bahan makanan dan minuman kesehatan.
Usaha di bidang tersebut dirintis mulai dari skala kecil, rumahan, hingga besar. Bayangkan jika usaha yang ada terus menerus mengikuti cara konvensional, bisa-bisa sebuah usaha tidak kompetitif, karena tidak efisien dari sisi waktu dan juga mungkin tenaga kerja.
Banyak penelitian dilakukan untuk menghasilkan berbagai teknologi tepat guna bagi produk-produk hasil pertanian sehingga memberikan nilai tambah. Salah satunya dilakukan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian BBP3), Departemen Pertanian. Sekitar 8 teknologi yang telah dihasilkan diantaranya teknologi pengolahan sukun, paket teknologi pengolahan mie sagu, teknologi isolasi eugenol, teknologi ekstraksi minyak melati, teknologi pengolahan daging dan bulu itik, teknologi pengolahan coco isotonik drink, teknologi sayuran kering dengan FIR, dan pengolahan labu kuning.  Sementara teknologi yang siap dikomersilkan diantaranya teknologi pengolahan Puree mangga, teknologi pengolahan sari jeruk, teknologi penyulingan minyak nilam, teknologi pengolahan hasil ternak, dan teknologi pengolahan kasava.
Untuk penelitian yang belum matang dan masih perlu diuji coba, BBP3 seringkali melibatkan kelompok tani, usaha kecil menengah (UKM) untuk penyediaan bahan baku, koperasi, disamping juga pemerintah daerah atau pihak swasta untuk penyediaan lokasi atau bangunan pabrik. Menurut Evi Savitri, dari bagian Kerjasama Studi Pengembangan Hasil Penelitian (KSPHP), saat ini terdapat sekitar 10 hingga 15 teknologi yang dimitrakan untuk komersialisasi. Salah satu yang dimitrakan lewat model agroindustri Puree mangga di Cirebon. Kerjasama ini melibatkan beberapa kelompok tani penghasil mangga di daerah tersebut. Bahkan, saat ini produk yang dihasilkan telah diekspor hingga ke Jepang.
Beberapa produk teknologi yang telah selesai juga ada yang dijual langsung kepada usaha. Sistemnya sendiri menurut Evi belum menerapkan royalti, dikarenakan pengurusan untuk hak paten yang memakan waktu panjang. “Sistemnya ada usaha yang beli langsung teknologi sesuai dengan harga yang telah ditawarkan,” ujar Evi.
Selain instansi pemerintah yang melakukan penelitian di bidang teknologi pertanian, banyak perusahaan swasta menawarkan teknologi untuk mempermudah proses produksi. Untuk ini pebisnis perlu mencari informasi untuk mendapatkan teknologi yang tepat guna bagi usaha yang dijalankan. (SH)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More